PengenalanHadis: Pengertian Hadis, Struktur Hadis, istilah yang sinonim dengan Hadis Jelaskan bagian-bagian dari struktur hadis yang lengkap. Uraikan sanad, matan dan rawi/mukharrij dari sebuah hadis. Berikan contoh hadis yang berupa perkataan (qaul), perbuatan (fi'l) dan ketetapan (taqrir) Ulumul hadis terbagi kepada 3 bagian yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-qur’an adalah petunjuk kehidupan semua umat islam. Tidak hanya al-qur’an saja tetapi umat muslim juga memerlukan penjelasan dalam menerapkan kebaikan di dunia dan diakhirat terutama dari perilaku baik Nabi Muhammad SAW yang merima wahyu. Penjelasan-penjelasannya bisa dari perbuatan dan pengucapannya yang akan diriwayatkan dan dibukukan, yaitu keilmuan islam yang disebut dengan hadis. Dengan demikian hadis ini menepati posisi kedua setelah Al-qur’an. Hadis ini memang berbeda dari al-qur’an. Semua ayat-ayat Al-qur’an diturunkan secara mutawatir, tetapi pada hadis diriwayatkan dari perbuatan dan pengucapan maupun pernyataan atau pengakuan dari Nabi, Sahabat Nabi dan hadis juga membutuhkan penelitian dengan cara mengetahui struktur hadis yaitu matan, sanad, dan mukharrij rawi, tiga unsur tersebut itulah terpenting dalam sebuah hadis Nabi. Untuk itu dalam pembahasan makalah ini kami akam menyajiakan bahan diskusi kami yang berjudul Struktur Hadis Sanad, Matan dan Mukharrij Rawi. Kami akan memaparakan pengertian dari Sanad, Matan, dan Mukharrij beserta contohnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Sanad dan berikan contohnya? 2. Apa pengertian dari matan dan berikan contohnya? 3. Apa pengertian dari mukharrij rawi dan berikan contonya? C. Tujuan Penulisan 1. Agar dapat mengetahui pengertian dari sanad dan contohnya. 2. Dapat memahami pengertian dari matan dan contohnya. 3. Dapat memahami pengertian dari mukharrij dan contonya. BAB II PEMBAHASAN A. SANAD 1. Pengertian Sanad Sanad menurut bahasa artinya “Sandaran”, atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran. Maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadis dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal sebelum pencatat hadis dan berakhir pada ran sebelum Rasulullah SAW yaitu Sahabat. Dikatakan demikian, karena suatu hadis bersandar kepadanya. Sedangkan pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakan, diantaranya adalah a. As-suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41, menulis اَ لإِخْبَارُعَنْ طَرِيْقِ الْمَتَنِ “Berita tentang jalan matan”. b. Mammud at Tahhan, mengemukakan sanad adalah سِلْسِلَةُ الرِّجَا لَ الْمُوْصِلَةِ اِليَ الْمَتَنِ “Silsilah para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis”.[1] Di dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahi atau dhaifnya suatu hadis. Tidak sembarangan orang bisa meriwayatkan suatu hadis, hanya orang-orang tertentu saja itupun harus memenuhi syarat-syarat agar dapat meriwayatkan suatu hadis yaitu diantaranya Para membawa hadis harus lah adil, taqwa, tidak fasid, menjaga kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang tinggi. Sanadnya bersambung dari suatu periwat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama maka sanadnya dinilai shahih. Tetapi apa bila dari salah satu persyartan tersebut orang itu fasid maka hadis itu disebut dhaif palsu. 2. Contoh Sanad حَدَّثّنَا مُحَمَّدُبْنُ الْمُثَنَّى قَالَحَدَّثَنَا عَبْدُالْوَهَّا بِ الثَّقَفِى قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوْبُ عَنْء أَبِي قِلَ بَةَ عَنْ اَنَّسْ النَبِّى رسول الله عليه قَالض ثَلاَ ثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِوَجَدَحَلاَ وَةَالإِيْمَانِ أَنْ يَكُوْنَ الله ورسو لُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّاسِوَاهًمَا,وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَلاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ, وُأَنْ يُكْرِهَ أَنْ يَعُوْدَفِى الكُفْرِكَمَا يَكْرَهُ أَنْ يَقْذِفَ فِى النَّا رِ رواهالبخارى “Telah memberitahu kepadaku Muhammad Ibn al-Mutsana, ia berkata Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi mengabarkan kepadaku, ia berkata Telah bercerita kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dari Anas dari Nabi SAW sabdanya Tiga perkara, yang barang siapa mengamalkannya niscaya memperoleh kelezatan iman, yaitu 1 Allah dan Rasul-Nya hendaknya dicintai daripada selainnya, 2 Kecintaan kepada seseorang, tidak lain karena Allah semata-mata, 3 Keengganan kembali kepada kekufuran, seperti keinginannya dicampakkan keneraka. HR. Bukhari.[2] Dari hadis diatas dapat dijelaskan 1. Matan hadinya dimulai dengan kata-kata tsalatsun sampai dengan an yuqdzafa finnar. 2. Hadis diatas diterima Imam Bukhari melalui sanad-sanad. a. Muhammad Ibn Al-Mutsanna Sanad pertama b. Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi Sanad kedua c. Ayyub Sanad ketiga d. Abi Qilabah Sanad keempat e. Anas Ra Sanat kelima, hingga sampai kepada Nabi SAW. Dalam hal ini dapat pula dikatakan bahwa sabda Nabi SAW diatas disampaikan oleh a. Anas Ra Sebagai Rawi pertama b. Abu Qilabah Rawi kedua c. Ayyub Rawi ketiga d. Ats-tsaqafi Rawi keempat e. Muhammad Ibnu Mutsanna Rawi kelima f. Hingga sampai Imam Bukhari sebagai rawi terakhir. Sehinnga Imam Bukhari merupakan sanad pertama dan rawi terakhir bagi kita.[3] B. MATAN 1. Pengertian Matan Kata “Matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti ma irtafa’a min al-ardhi tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah a. Menurut muhammad at-Thahan مَايَنْتَهِى إِلَيْهِ السَّنَذُمِنَ الْكَلاَمِ “Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad”. b. Atau dengan redaksi lain menurut Ajjaj al-khatib اَلْفاظُ الحَدِيْث اَلَّتِى تَتَقَوَّمُبِهَامَعَانِيْهِ “Lafaz-lafaz hadis yang didalamnya mengandung makna-makna tertentu”. Dari semua pengertian diatas menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan matan adalah materi atau lafaz hadis itu sendiri. Posisi matan dalam sebuah hadis amatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita dari Sahabat Nabi tentang Nabi baik itu tentang syariat ataupun lainnya.[4] 2. Contoh Matan كنا نصلى مع رسوالله صلعم في شدةاكحر,فإذالم يستطع أحذناأن يمكن جبهته من الأرض فبسطثو به فسجدعليه “Kami shalat bersama-sama Rasulullah SAW pada waktu udara sangt panas. Apabila salah seorang dari kami tak sanggup menekankan dahinya diatas tanah, maka ia bentangkan pakaiannya lantas sujud diatasnya”.[5] Dari penjelasan hadis diatas dapat disimpulkan bahwa matan adalah tempat suatu berita atau materi baikm itu ucapan Nabi maupun Sahabat Nabi. C. Mukharrij Rawi 1. Pengertian Mukharrij rawi Mukharrij artinya yang mengeluarkan. Tiap-tiap orang yang mengeluarkan atau mencatat hadis. Mukharrij yaitu orang yang telah menukil atau mencatat sesuatu hadis pada kitabnya. Didalam Suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut.[6] 2. Contoh Mukhariij Pada hadis yang pertama di contoh sanad yang disebut dengan mukharrij pada nama bagian yang terakhir yaitu HR. Bukhari. Adapun contoh lain yaitu Ibnu Malik, Mutafa’ Alaih, HR Abu Daud dan Majah, HR Tirmidzi dan lain-lain. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sanad adalah sandaran suatu hadis. Jalannya sanad bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi, dari rawi yang pertama sampai kepada rawi yang terakhir yaitu Sahabat Nabi. Matan adalah materi atau lafaz hadis yang mengandung makna. Posisi matan dalam hadis sangatlah penting karena dari matan tersebutlah adanya berita Nabi atau berita dari Sahabat Nabi tentang Nabi, baik itu tentang syariat ataupun lainnya. Mukhrrij adalah orang yang mengeluarkan suatu hadis. Biasanya disebutkan pada bagian yang terakhir suatu hadis. DAFTAR PUSTAKA Solahudin Agus dan Suyadi Agus. 2008. Ulumul Hadis. Bandung Pustaka Setia. Tzzan Ahmad dan Nur Saifudin. 2011. Ulumul Hadis. Bandung Buahbatu. Suparta Munzier. 2013. Ilmu Hadis. Jakarta Rajawali Press. [1] Agus Solahudin, dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis Pustaka Setia, 2008 hlm. 89 [2] Agus Solahudin, dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis Pustaka Setia, 2008 [3] Munzier Saputra, Ilmu Hadis Rajawali Press, 2013 [4] Munzier Saputra, Ilmu Hadis Rajawali Press, 2013 [5] Ahmad Tzzan, dan Saifudin Nur, Ulumul Hadis Buahbatu, 2011 [6] Munzier Saputra, Ilmu Hadis Rajawali Press, 2013
12Mahasiswa STIU-WM dianugerahi Sanad Qira'ah Wadi Mubarak
Secara umum, sebuah riwayat dapat dikatakan sebagai hadits manakala ia melengkapi setidaknya lima unsur penting berikut, yaitu rawi, sanad, mukharrij, shiyaghul ada’ dan matan hadits. Rawi adalah informan yang menyampaikan hadits dari Nabi Muhammad SAW yang terdiri atas sahabat, tabiin, tabit tabiin, dan adalah silsilah atau kumpulan rawi dari sahabat hingga orang terakhir yang meriwayatkannya. Mukharrij adalah rawi terakhir yang menuliskan riwayat yang ia dapat dalam sebuah catatan/karya ada’ adalah redaksi yang dipakai oleh seorang rawi dalam meriwayatkan sebuah hadits. Sedangkan matan adalah redaksi dari riwayat yang disampaikan oleh masing-masing rawi. Kelima unsur tersebut pada tahapan selanjutnya mempunyai kajian-kajian khusus yang nantinya akan mempengaruhi kualitas dari riwayat itu memudahkan pembaca, istilah-istilah tersebut bisa dilihat pada contoh hadits riwayat Imam Al-Bukhari berikut iniحَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ “Imam Al-Bukhari berkata, Musaddad telah bercerita kepada kami, ia berkata, Yahya telah bercerita kepada kami, dari Syu’bah, dari Qatadah, dari Anas RA, dari Nabi Muhammad SAW.’ Dari Husain Al-Mu’allim, ia berkata, Qatadah telah bercerita kepada kami, dari Anas, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, Tidak sempurna iman salah seorang kalian sehingga ia mencintai saudaranya sama seperti ia mencintai dirinya sendiri.’’”Nama-nama seperti Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatadah, Husain Al-Mu’allim, dan Anas disebut dengan rawi atau informan silsilah atau rangkaian nama-nama rawi dari Musaddad hingga kepada Anas bin Malik disebut dengan sanad. Sanad inilah nantinya yang akan menentukan kualitas dari hadits ini apakah sahih, hasan, atau Al-Bukhari dalam hadits ini berstatus sebagai mukharrij atau rawi terakhir yang membukukan hadits ini dalam kitabnya sendiri yaitu Kitab Shahihul Bukhari. Nama-nama lain yang juga berstatus sebagai mukharrij dalam dunia hadits adalah Imam Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Anl-Nasa’i, Ibnu Majah, dan imam-imam ahli hadits yang masuk kategori shiyaghul ada’ dalam hadits di atas adalah lafadz-lafadz seperti haddatsana, an, qala, dan lain-lain. Redaksi-redaksi ini nantinya akan mempengaruhi kualitas sebuah sanad, khususnya dalam hal apakah sanad tersebut bersambung sampai kepada Nabi atau hadits pada hadits di atas adalah redaksi, “Tidak sempurna iman salah seorang kalian sehingga ia mencintai saudaranya sama seperti dia mencintai dirinya sendiri.” Redaksi inilah yang nantinya akan diamalkan sebagai hadits Nabi, tentunya setelah menganalisa kualitas sanad-nya apakah berstatus sahih, hasan atau dhaif. Wallahu alam. Yunal Isra
matandan mukharrij pengertian sanad isnad. Memahami Istilah Sanad dan Isnad dalam Hadits. Desember 17, 2021. Mari Donasi. Donasi di Rumahinfaq, Transfaran dan Profesional Berbasis Dakwah. PPM Yayasan Rumah infaq adalah sebuah lembaga menghimpun dan mendayagunakan dana Infaq, Zakat , shadaqah , wakaf dan dana social individu mapun
Hadis Nabi telah ada sejak awal perkembangan Islam adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi. Hadis Nabi merupakan sumber ajaran Islam, di samping Al-qur'an. "Hadis atau disebut juga dengan Sunnah, adalah segala sesuatu yang bersumber atau didasarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perketaan, perbuatan, atau taqrir-nya. Hadis sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-qur'an, sejarah perjalanan hadis tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan Islam itu sendiri. Akan tetepi, dalam beberapa hal terdapat ciri-ciri tertentu yang spesifik, sehingga dalam mempelajarinya diperlukan pendekatan khusus". Pada zaman Nabi, hadis diterima dengan mengandalkan hafalan para sahabat Nabi, dan hanya sebagian hadis yang ditulis oleh para sahabat Nabi. Hal ini disebabkan, "Nabi pernah melarang para sahabat untuk menulis hadis beliau. tetapi Nabi juga pernah menyuruh para sahabat untuk menulis hadis beliau.
Signifikansisanad dan jumlah penutur di setiap sanad thabaqah akan menentukan tingkat Hadis, ini dijelaskan lebih lanjut dalam klasifikasi hadits. Jadi yang perlu diamati untuk memahami tradisi yang terkait dengan sanadnya adalah: Keutuhan sanadnya; Jumlahnya; Perawi akhirnya; Matan. Terkait dengan hormat atau editor, maka yang perlu
BAB I PENDAHULUAN Hadits merupakan sumber ajaran islam kedua setelah Al-Qur’an. Kedudukan hadits sangat urgen bagi sarana informasi mengenai syariat yang diajarkan nabi kepada umatnya. Masyarakat islam mutlak mengetahui dan memahami sumber ajarannya, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Akan tetapi banyak muslim yang belum memahami tentang Hadits. Sebagian dari mereka yang sudah memahami akan tetapi dalam mengaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari mereka abaikan. Untuk memahami diperlukan pemikiran yang kritis sehingga dapat meneladani seluruh aspek kehidupan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Hadits berisi tentang riwayat kehidupan Rasulullah saw., yang berisi dasar hukum baik tentang qoulun nabi, fi’lun nabi, takhrirun nabi, maupun sifatun nabi. Di dalam suatu Hadits terdapat struktur Hadits, yang terdiri dari seorang perawi, Mukharrij dan sanad, begitupula terdapat matan hadits. 1. Apa yang dimaksud dengan sanad hadits? 2. Apa yang dimaksud dengan matan hadits? 3. Apa yang dimaksud dengan rawi hadits? 4. Apa pengertian dengan Mukhorrij hadits? 5. Apa pengertian dari periwayatan hadits? 1. Mengetahui apa itu sanad. 2. Mengetahui ap itu matan hadits. 3. Mengetahui apa itu rawi. 4. Mengetahui Mukhorrij Hadits. 5. Mengetahui periwayatan hadits. BAB II PEMBAHASAN Sanad Hadits “Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar “sanada, yasnudu سند يسند , artinya “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan dipegangi atas kebenarannya.[1] Sedangkan menurut istilah ialah هو طريق المتن اي سلسلة الرواة الذين نقلواالمتن من مصدره الاول “Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah para perawi yang memindahkan meriwayatkan hadits dari sumbernya”. Yang dimaksud istilah “silsilah orang” ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullh saw., dimana semua perbuatan, ucapan, pengakuan, dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits.[2] Dalam bidang ilmu hadits sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dhaifnya suatu hadits. Jika para pembawa hadits jika orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri, dan mempinyai daya ingat kuat, sanadnya bersambung dari satu periwayat ke periwayat yang lainnya sampai kepada sumber berita pertama. Contoh sanad mengatakan Abdullah bin Yusuf berkata memberitahukan kepada kami Malik dari ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata ”aku mendengar Rasulullah SAW. Membaca surat at-tur pada sholat maghrib.” HR Al-Bukhori.[3] Isnad, Musnad, dan Musnid Selain istilah sanad, terdapat istilah lainnya, seperti al-isnad, al-musnad, dan al-musnid. Istilah tersebut kaitannya sangat erat dengan istilah sanad. Istlah al-isnad berarti menyandarkan, mengasalkan mengembalikan ke asal, dan mengangkat. Maksudnya ialah رفع الحديث الى قائله او فاعله “menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya Hasbi Ash-Shiddiqi,1985,43 Menurut Ath-Thibi, sebagaimana dkutip al-Qasimi, kata al-isnad dengan as-sanad mempunyai arti yang hampir sama atau berdekatan. Ibn Jama’ah mempertegas lagi menurutnya, bahwa ulama muhaditsin memandang kedua istilah tersebut mempunyai pengertan yang sama, yang keduanya dapat dipakai secara bergantian.[4] Dengan demikian, para ahli hadits bersepakat untuk mengatakan bahwa isnad merupakan cara pemindahan pengaksesan berita dari orang yang terpercaya kepada orang yang terpercaya lainnya, sampai kepada nabi Muhammad Saw sebagai pemilik awalnya.[5] Sedangkan musnid ialah المسند هو من يروي الحديث باسناده. سواء كان عنده علم به او ليس له الا مجرد روايته “Orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik mengetahui atau tidak mengetahui terhadap matan itu, tetapi ia sendiri menjadi sumber berita itu”.[6] Sedang musnad mempunyai beberapa arti 1. Hadits yang diriwayatkan dan disandarkan atau disanadkan kepada seseorang yang membawanya, seperti Ibn Syihab az-Zuhri, Malik bin Anas, dan Amarah binti Abd ar-Rahman. 2. Sebagai sebutan nama suatu kitab yang didalamnya menghimpun hadits-hadits dengan sistem penyusunannya berdasarkan nama-nama para sahabat perawi hadits, seperti kitab musnad Ahmad. Contoh Musnad Abdullah bin yusuf menceritakan kepada kami dari malik dari abu Az-zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu dia berkata sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda “ Jika anjing menjilat bejana salah seorang dari kalian hendaklah dia mencucinya sebanyak tujuh kali” Matan Hadits Matan menurut bahasa berarti ما صلب وارتفع من الارض tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah الفاظ الحديث التي تتقوم بها المعاني “Lafal-lafal hadits yang mengandung makna-makna tertentu”. ما ينتهي اليه السند من الكلام “Suatu kalimat yang menjadi tempat berakhirnya sanad”. Dari definisi di atas, maka matan ialah materi atau lafal hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi atau mudawwin. Dengan demikian, matan ialah pembicaraan kalam atau materi berita yang diterima oleh sanad terakhir, baik isi pembicaraan itu berupa sabda Nabi Saw., sahabat ataupun tabi’in, baik isi pembicaraan itu berupa perbuatan Nabi saw maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Saw.[7] Rawi Hadits Kata ra’wi atau ar-rawi, berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits naqli al-hadits. Sebenarnya, antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang sama. Sanad-sanad hadits pada tiap thobaqoh atau tingkatannya juga disebut para rawi jika yang dimaksud rowi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Begitu juga setiap perawi, pada tiap-tiap thobaqoh-nya merupakan sanad bagi thobaqoh berikutnya. Yang membedakan dari kedua istlah tersebut yaitu dalam hal pembukuan hadits, orang yang menerima hadits-hadits, kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, itu yang disebut rawi. Dengan demikian perawi dapat disebut dengan mudawwin orang-orang yang menghimpun dan membukukan hadits, sedangkan orang-orang lain tanpa membukukannya maka yang demikian disebut dengan sanad hadits.[8] Untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, matan dan rawi hadits, ikuti penjelasan hadits berikut حدثنا ابو بكر بن شيبة وابو كريب قال حدثنا ابو معاوية عن الاعمسي عن عمر بن عمير عن عبد الرحمن بن يزيد عن عبد الله قال قال لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم يا معشر السباب من الستطاع منكم الباء فليتزوج فئنه اغض للبصر واحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه باالصوم فانله وجاء." رواه مسلم" Artinya “Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Quraib telah menceritakan hadits kepada kami, katanya, “Abu Muawiyah menceritakan hadits kepada kami, yang diterimanya dari Al a’masy, dari Umar bin Umair dari Abd Ar-Rahman bin Yazid, dari Abdullah bin Mas’ud, katanya, “Rasulullah Saw., telah bersabda kepada kami, wahai sekalian wahai pemuda! Barang siapa yang sudah mampu untuk melakukan pernikahan, maka menikahlah karena dengan menikah itu lebih dapat menutup mata dan lebih dapat menjaga kehormatan. Akan tetapi, barang siapa yang belum mampu melakukannya, baginya hendaklah berpuasa. Karena, dengan puasa itu dapat menahan hasrat seksual” HR. Al Bukhori dan Muslim Muslim 638 Dari nama abu Bakar bin Abi Syaibah sampai dengan Abdullah bin Mas’ud, merupakan silsilah atau rangkaian atau susunan orang-orang yang menyampaikan hadis. Mereka semua adalah sanad hadis tersebut, yang juga disebut jalan matan. Mulai kata yama’syara asy-syabab sampai dengan kata fa’innahu lahu wija’un, adalah matan. Oleh salah satu definisi, lafal tersebut disebut sebagai ujung atau tujuan sanad. Sedangkan nama al Bukhori dan Muslim yang ditulis pada akhir matan dsebut rawi orang yang meriwayatkan hadits. Karena keduanya masing-masing membukukan hadits, maka mereka disebut mudawwin yang membukukan hadits. Mukharrij Hadits Mukharrij ialah perawi hadits yang telah menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkannya ke dalam kitab-kitab yang telah disusunnya, misalnya Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Turmudzy dan lain sebagainya. Di dalam kitab-kitab mereka semua komponen yang menjadi persyaratan, harus ada di dalam periwayatan hadits mereka, mulai dari matan dan sanad sampa pada metode penerimaan dan penyampaian hadits kepada orang lain al-Tahamul wa al-Ada’. Oleh sebab itu, diantara komponen satu dengan yang lain dalam periwayatan hadits, harus benar-benar ada, sebab hadits tidak cukup hanya dilihat dari matan dan matarantai sanadnya saja, melainkan diketahui pula siapa nama mukharrijnya-nya dan nama perawi pertama yaitu sahabat yang telah meriwayatkannya.[9] Contoh Mukhorrij al-Bukhori NO Nama perawi hadits Urutan sebagai perawi Urutan sebagai sanad 1 Anas bin Malik Perawi I Sanad V 2 Abu Qilabah Perawi II Sanad IV 3 Ayyub Perawi III Sanad III 4 Abdul Wahhab al Tsaqofiy Perawi IV Sanad II 5 Muhammad bin Mutsanna Perawi V Sanad I 6 Al-Bukhori Perawi VI Mukhorrij Hadits Periwayatan Hadits Istilah periwayatan sama artinya dengan istilah Arab al-riwayat الرواية, yaitu bentuk masdar dari kata rawa روى, yang berarti sama dengan kata al-naql النقل, artinya “penukilan” atau al-dzikr الذكر, artinya “penyebutan”. Arti tersebut dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan arti kata “sejarah” atau “cerita”, sehingga arti kata “periwayatan” adalah “sesuatu yang diriwayatkan “atau riwayat” dalam istlah Arab. Sedang menurut istilah ahli hadits, kata “periwayatan” diartikan dengan kata “al-riwayat, yaitu suatu kegiatan penerimaan dan penyampaian hadits serta penyandaran hadits kepada rangkaian matarantai para perawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian yang bersifat tertentu”. Dari definisi tersebut, jika di lapangan ternyata ditemukan seorang perawi yang telah menerima hadits dari perawi lain, tetapi ia tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka ia tidak dapat disebut sebagai “orang yang telah melakukan periwayatan hadits”. Dan jika orang tersebut telah menyampaikan hadits kepada orang lain, tetapi ketika menyampaikannya tidak menyebutkan rangkaian matarantai para perawinya, maka ia tidak dapat disebut sebagai orang yang telah melakukan periwayatan hadits. Dengan demikian, unsur-unsur yang harus ada di dalam periwayatan hadits adalah a. Adanya kegiatan menerima hadits dari perawinya. Hal ini dikenal dengan istilah “rawi” atau “perawi”. b. Adanya kegiatan menyampaikan hadits kepada orang lain. Hal ini dikenal dengan istilah “penyampaian” atau “marwy” c. Adanya susunan matarantai para perawi ketika hadits disampaikan kepada orang lain. Hal ini dikenal dengan istilah “sanad/isnad”. d. Adanya kalimat yang menjadi pokok pembicaraan. Hal ini dikenal dengan sebutan “matan”. e. Adanya kegiatan yang berkenaan dengan seluk beluk penerimaan dan penyampaian hadits. Hal ini dikenal dengan istilah “tahammul wa ada’ al-hadits”.[10] BAB III PENUTUP Dalam struktur hadits terdapat 3 komponen yakni sanad rantai penutur, matan redaksi hadits, dan rawi. Sanad ialah susunan atau rangkaian matarantai orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, mulai dari yang disebut pertama sampai kepada Rasulullh saw. matan ialah materi atau lafal hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi atau mudawwin. sedangkan rawi ialah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Dan adapula istilah mukhorrij yaitu perawi hadits yang telah menghimpun hadits-hadits yang diriwayatkannya ke dalam kitab-kitab yang telah disusunnya. Dan juga periwayatan hadits, hal ini merupakan kegiatan penerimaan dan penyampaian hadits serta penyandaran hadits kepada rangkaian matarantai para perawinya melalui bentuk-bentuk penerimaan dan penyampaian yang bersifat tertentu. Diharapkan para pembaca dapat memahami struktur dalam Hadits melalui beberapa pengertian yang sudah ditegaskan didalam makalah ini. Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, dan penulis berharap dari kritik dan saran pembaca agar lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih banyak lagi. Daftar Pustaka MZ, Zainuddin. 2011. Studi Hadits. SurabayaIAIN SA Press. Sahrani, Sohari. 2010. Ulumul Hadits. Bogor Galia Indonesia. Zein, Ma’shum, Muhammad. 2008. Ulumul Hadits&Mustholah Hadits. Jombang Darul Hikmah. [1] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [2] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, [3] H. Zainuddin, MZ., Studi Hadits, Surabaya, IAIN SA, 2011, hlm. [4] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, [5] H. Zainuddin, MZ., Studi Hadits, Surabaya, IAIN SA, 2011, hlm. [6] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [7] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [8] Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 132 [9] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008, [10] Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits&Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah, 2008,
Islamadalah agama yang sempurna di muka bumi ini, semua sisi kehidupan manusia dan makhluk Allah telah digariskan oleh Islam melalui Kalam Allah swt ( Al Qur'an ) dan Al Hadits. Al Qur'an sudah jelas di tanggung keasliannya oleh Allah swt sampai akhir nanti, bagaimana dengan Al Hadits.
A. Sanad1. Pengertian Sanad menurut bahasa artinya sandaran atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran, dikatakan demikian karena suatu hadis bersandar kepadanya . Sedangkan pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakannya, diantaranya ialah- As Suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41 , menulisالاِخْبَارُ عَنْ طَرِيْقِ الْمَتَنِ“Berita tentang jalan matan”- Mahmud at Tahhan, mengemukakan sanad adalah سِلْسِلَةُ الرِّجَالِ الْمُوْصِلَةِ اِلىَ الْمَتْنِ“Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis.”Dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dhaifnya suatu hadis. Jika para pembawa hadis tersebut orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang kuat, sanadnya bersambung dari satu periwayat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama, maka hadisnya dinilai shahih. Begitupun sebaliknya, andaikan salah seorang dalam sanad ada yang fasik atau yang tertuduh dusta atau setiap para pembawa berita dalam mata rantai sanad tidak bertemu langsung muttashil, maka hadis tersebut dhaif sehingga tidak bisa dijadikan Contoh Sanadحدثنا عبد الله بن يوسف قا ل أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه قرأ فى المغرب الطور. رواه البخاري Artinya“memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata; memberitakan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata “aku mendengar Rasulallah SAW membaca surah Ath-Thur pada salat maghrib.” HR. Al-BukhoriDari contoh hadis di atas jika diteliti, maka yang dimaksud dengan sanad adalah dimulai dari haddatsana Abdullah bin Yusuf hingga pada lafadz An biihi qaala, yang menyambungkan kepada Rasulullah SAW. Agar lebih jelas berikut ini diterangkan dalam bentuk denah periwayatan hadits di atas .B. Matan1. PengertianKata matan menurut bahasa berarti ما ارتفع وصلب من الارض yang berarti tanah yang tinggi dan keras,namun ada pula yang mengartikan kata matan dengan arti kekerasan, kekuatan, kesangatan. sedangkan arti matan menurut istilah ada banyak pendapat yang dikemukakan para ahli dibidangnya, diantaranya- Menurut Muhammad At Tahhan ما ينتهى اليه السند من الكلام“suatu kalimat tempat berakhirnya sanad”- Menurut Ath Thibbi الفاظ الحديث التى تتقوم بها معاني“lafadz hadis yang dengan lafadz itu terbentuk makna”Jadi pada dasarnya sanad itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu berupa perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan dalam sebuah hadis amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita dari sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat atau pun yang lainnya,2. Contoh matanعن أم المؤمنين عا ئشة رضى الله عنها قالت قال رسول الله , من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد. رواه متفق عليه“warta dari Ummu Al Mukminin, Aisyah ra., ujarnya Rasulullah SAW telah bersabda barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan agamaku, maka ia tertolak’. ” Hr. Bukhori dan Muslim Dari contoh hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang dimulai dengan من أحدث hingga lafadz فهو رد atau dengan kata lain yang dimaksud dengan bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد “barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan agamaku, maka ia tertolak’.”C. MukharrijKata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il bentuk pelaku dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya . Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya. Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut disebutkan nama Al-Bukhari رواه البخاري yang menunjukkan bahwa beliaulah yang telah mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-Bukhari. Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis tersebut ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Tabaqat al-RuwwatSecara bahasa kata tabaqat diartikan; kaum yang serupa atau sebaya. Sedangkan menurut istilah tabaqat ialah ;قوم تقاربوا في السن والاسناد أوفي الا سناد“Kaum yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja”Tabaqat adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam satu generasi atau satu masa dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatan Ibnu Hajar Al-Asaqalani, Tabaqat Al Ruwwah sejak masa sahabat sampai pada akhir periwayatan ada 12 tabaqat yaitu sebagai berikuta. Sahabat dengan berbagai Tabi’in senior seperti Sa’id bin Al-Musayyabc. Tabi’in pertengahan seperti Al-Hasan dan Ibnu Sirind. Tabi’in dekat pertengahan seperti Az-Zuhri dan Qatadahe. Tabi’in yunior seperti Al-A’masyf. Tabi’in yunior tetapi tidak bertemu seorang sahabat seperti Ibnu Juraijg. Tabi’i Tabi’in senior seperti Malik bin Anas dan Sufyan Ats-Tsaurih. Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Ibnu Uyaynah dan Ibnu Ulayyah i. Tabi’i Tabi’in yunior seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi dan Asy-Syafi’ij. Murid Tabi’i Tabi’in senior seperti Ahmad bin Hambalk. Murid Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Adz-Dzuhali dan Al-Bukhoril. Murid Tabi’i Tabi’in yunior seperti At-TirmidziDi antara faedah mengetahui tabaqat al-ruwwah ini adalah menghindarkan kesamaan antara dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Selain itu faedahnya juga yaitu untuk mengetahui ke-muttashil-an atau ke-mursal-an suatu hadis. Sebab suatu hadis tidak dapat ditentukan sebagai hadis muttasil atau mursal, kalau tidak mengetahui apakah tabi’in yang meriwayatkan hadis dari seorang sahabat itu hidup segenerasi atau tidak. untuk memudahkan pemahaman tentang tabaqat al-ruwwah berikut ini akan dipaparkan denah thabaqat al-ruwwah menurut Al-AtsqalaniTABAQAT AL-RUWWAHMENURUT IBNU HAJAR AL-ATSQALANIE. Hadis Ali dan Nazil1. Pengertian Dari segi bahasa Ali ialah bentuk isim fa’il dari kata العلو = sesuatu yang tinggi , antonym dari lafadz النزول = rendah dan turun. An-Nazil berasal dari kata An-Nuzul. Tinggi dan rendah dapat berlaku pada suatu tempat atau pada status dan kedudukan. Sedangkan pengertian hadits Ali menurut para ahli hadis ialah; ما قل عدد رواته الى الرسول صلى الله عليه وسلم بالنسبة لسند اخر“suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan sanad lain”Sedangkan pengertian hadis Nazil menurut ahli hadis ialah; ما كثر عدد رواته الى الرسول صلى الله عليه وسلم بالنسبة لسند اخر“suatu hadis yang banyak jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan sanad lain”Dari pengertian diatas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis Ali ialah hadis yang jumlah perawinya lebih sedikit, sedangkan yang dimaksud dengan hadis Nazil ialah hadis yang jumlah periwayatnya lebih banyak. Misalnya sanad suatu hadis mencapai 9 orang sementara sanad hadis lainnya hanya 7 atau 5 orang, tentu yang sanadnya hanya 7 atau 5 itu yang disebut dengan hadis Ali dan hadis yang sanadanya mencapai 9 orang yang disebut dengan hadis Macam-Macam Hadis AliHadis Ali dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut a. Ali mutlak, yaitu hadis yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan Rasulullah karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada hadis yang sama. Ali mutlak ini yang paling tinggi diantara macam-macam Ali apabila memiliki sanad yang Ali Nisbi, yaitu hadis yang dekat atau sedikit jumlah perawinya dalam sanad dengan sesuatu tertentu1 Dekat dengna salah seorang Imam Dekat dengan salah seorang pengarang kitab induk hadis yang dapat dipedomani. Dalam hal ini ada beberapa macama Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad Syaikh guru salah seorang penghimpun hadis kedalam kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui sanad penghimpun Badal, yaitu jika melalui sanad Syaikhnya Syaikh gurunya guru salah seorang penghimpun kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui sanad penghimpun Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad salah seorang penghimpun hadis ke dalam buku Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpun kitab hadis. Dinamakan mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi sebuah hadis dengan murid salah seorang penghimpun hadis tersebut berjabat Ali karena sebagian perawi meninggal terlebih dahulu. Terkadang didapatkan dua isnad yang sama jumlah para perawi dalam sanad, tetapi salah satu sanad terdapat sebagian perawi yang meninggal terlebih dahulu maka ia di hukumi Ali karena lebih dahulu mendengar. Misalnya dua orang perawi sama-sama mendengar suuatu hadis dari seorang Syaikh. Tetapi salah satunya telah mendengar sejak 60 tahun yang lalu sementara perawi yang satu lagi telah mendengar sejak 40 tahun yang lalu, jumlah perawi dalam sanad sama. Sanad pertama Ali karena lebih dahulu Macam-Macam NazilHadis Nazil dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut a. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada salah seorang Imam Hadisc. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada satu kitab hadis yang teranggapd. Sanad yang di dalamnya ada rawi yang menerima dari seorang Syaikh yang kemudian meninggal, juga dari rawi lain yang menerima dari Syaikh Sanad yang di dalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang Syaikh, kemudian belakangan rawi itu menerima dari rawi lain yang juga mendengar dari Syaikh ulama menilai hadis Ali lebih utama dari pada hadis Nazil, karena ia lebih jauh dari kemungkinan-kemungkinan cacat. Tujuan ulama mutaqaddimin mengetahui Isnad Ali yang dekat dengan Rasulullah, karena sangat dimungkinkan sedikit kesalahan dibandingkan yang Contoh Hadisلا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه ووالده وولده والناس أجمعينF. Riwayah Al-Kabir An Ash-ShaghirYang dimaksud dengan Riwayah al-kabir an ash-shaghir, ialah periwayatan hadis dari seorang rawi yang lebih tua usianya atau lebih banyak ilmunya dari rawi yang lebih rendah usianya atau yang lebih sedikit ilmunya yang diperoleh dari seorang suatu hadis ada tiga macam yang istilah yaitu sanad Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis, matan suatu kalimat tempat berakhirnya sanad, dan isi pokok dari hadis tersebut serta mukharrij orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya. DAFTAR PUSTAKARahman. Fachur. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis. Bandung Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta Amzah. 2002Majid Khon. Abdul. Ulumul Hadis. Jakarta Aksara 2009 Keberadaanperawi hadis sangat menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun kualitas matan hadis. Dalam hal inilah ada dua obyek terpenting dalam penelitian hadis yaitu: Pertama, materi/isi hadis itu sendiri (matn al-hadis) dan Kedua, rangkaian sejumlah periwayat yang menyampaikan hadis (sanad al-hadis). B. Rumusan Masalah. 100% found this document useful 1 vote4K views13 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote4K views13 pagesMakalah Struktur Hadis Sanad, Matan, MukharidJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Аλը а рсДрըηቨниկ аኚεр
Увух լօναнጡлուցԽ езոγоթуп боբիηиςωср
Ափէпрαск оպужянαгуηАкաኅу нтеκուшኔдю
Качላсед рсарагэሽорՓቤлθм иካянтуβаռ оյիμеснεм
StrukturHadis : Sanad, Matan Dan Mukharrij. A. Sanad. 1. Pengertian . Sanad menurut bahasa artinya sandaran atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran, dikatakan demikian karena suatu hadis bersandar kepadanya . Sedangkan pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakannya, diantaranya ialah: A. Sanad 1. Pengertian Sanad menurut bahasa artinya sandaran atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran, dikatakan demikian karena suatu hadis bersandar kepadanya . Sedangkan pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakannya, diantaranya ialah - As Suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41 , menulis الاِخْبَارُ عَنْ طَرِيْقِ الْمَتَنِ “Berita tentang jalan matan” - Mahmud at Tahhan, mengemukakan sanad adalah سِلْسِلَةُ الرِّجَالِ الْمُوْصِلَةِ اِلىَ الْمَتْنِ “Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis.” Dalam bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih atau dhaifnya suatu hadis. Jika para pembawa hadis tersebut orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan diri, dan mempunyai daya ingat yang kuat, sanadnya bersambung dari satu periwayat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama, maka hadisnya dinilai shahih. Begitupun sebaliknya, andaikan salah seorang dalam sanad ada yang fasik atau yang tertuduh dusta atau setiap para pembawa berita dalam mata rantai sanad tidak bertemu langsung muttashil, maka hadis tersebut dhaif sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. 2. Contoh Sanad حدثنا عبد الله بن يوسف قا ل أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه قرأ فى المغرب الطور. رواه البخاري Artinya “memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata; memberitakan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata “aku mendengar Rasulallah SAW membaca surah Ath-Thur pada salat maghrib.” HR. Al-Bukhori Dari contoh hadis di atas jika diteliti, maka yang dimaksud dengan sanad adalah dimulai dari haddatsana Abdullah bin Yusuf hingga pada lafadz An biihi qaala, yang menyambungkan kepada Rasulullah SAW. Agar lebih jelas berikut ini diterangkan dalam bentuk denah periwayatan hadits di atas . B. Matan 1. Pengertian Kata matan menurut bahasa berarti ما ارتفع وصلب من الارض yang berarti tanah yang tinggi dan keras,namun ada pula yang mengartikan kata matan dengan arti kekerasan, kekuatan, kesangatan. sedangkan arti matan menurut istilah ada banyak pendapat yang dikemukakan para ahli dibidangnya, diantaranya - Menurut Muhammad At Tahhan ما ينتهى اليه السند من الكلام “suatu kalimat tempat berakhirnya sanad” - Menurut Ath Thibbi الفاظ الحديث التى تتقوم بها معاني “lafadz hadis yang dengan lafadz itu terbentuk makna” Jadi pada dasarnya sanad itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu berupa perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan dalam sebuah hadis amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya berita dari Nabi atau berita dari sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat atau pun yang lainnya, 2. Contoh matan عن أم المؤمنين عا ئشة رضى الله عنها قالت قال رسول الله , من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد. رواه متفق عليه “warta dari Ummu Al Mukminin, Aisyah ra., ujarnya Rasulullah SAW telah bersabda barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan agamaku, maka ia tertolak’. ” Hr. Bukhori dan Muslim Dari contoh hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang dimulai dengan من أحدث hingga lafadz فهو رد atau dengan kata lain yang dimaksud dengan bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد “barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan agamaku, maka ia tertolak’.” C. Mukharrij Kata Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il bentuk pelaku dari kata takhrij atau istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya . Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya. Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut disebutkan nama Al-Bukhari رواه البخاري yang menunjukkan bahwa beliaulah yang telah mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-Bukhari. Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis tersebut ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. D. Tabaqat al-Ruwwat Secara bahasa kata tabaqat diartikan; kaum yang serupa atau sebaya. Sedangkan menurut istilah tabaqat ialah ; قوم تقاربوا في السن والاسناد أوفي الا سناد “Kaum yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja” Tabaqat adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam satu generasi atau satu masa dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatan Ibnu Hajar Al-Asaqalani, Tabaqat Al Ruwwah sejak masa sahabat sampai pada akhir periwayatan ada 12 tabaqat yaitu sebagai berikut a. Sahabat dengan berbagai tingkatannya. b. Tabi’in senior seperti Sa’id bin Al-Musayyab c. Tabi’in pertengahan seperti Al-Hasan dan Ibnu Sirin d. Tabi’in dekat pertengahan seperti Az-Zuhri dan Qatadah e. Tabi’in yunior seperti Al-A’masy f. Tabi’in yunior tetapi tidak bertemu seorang sahabat seperti Ibnu Juraij g. Tabi’i Tabi’in senior seperti Malik bin Anas dan Sufyan Ats-Tsauri h. Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Ibnu Uyaynah dan Ibnu Ulayyah i. Tabi’i Tabi’in yunior seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi dan Asy-Syafi’i j. Murid Tabi’i Tabi’in senior seperti Ahmad bin Hambal k. Murid Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Adz-Dzuhali dan Al-Bukhori l. Murid Tabi’i Tabi’in yunior seperti At-Tirmidzi Di antara faedah mengetahui tabaqat al-ruwwah ini adalah menghindarkan kesamaan antara dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Selain itu faedahnya juga yaitu untuk mengetahui ke-muttashil-an atau ke-mursal-an suatu hadis. Sebab suatu hadis tidak dapat ditentukan sebagai hadis muttasil atau mursal, kalau tidak mengetahui apakah tabi’in yang meriwayatkan hadis dari seorang sahabat itu hidup segenerasi atau tidak. untuk memudahkan pemahaman tentang tabaqat al-ruwwah berikut ini akan dipaparkan denah thabaqat al-ruwwah menurut Al-Atsqalani TABAQAT AL-RUWWAH MENURUT IBNU HAJAR AL-ATSQALANI E. Hadis Ali dan Nazil 1. Pengertian Dari segi bahasa Ali ialah bentuk isim fa’il dari kata العلو = sesuatu yang tinggi , antonym dari lafadz النزول = rendah dan turun. An-Nazil berasal dari kata An-Nuzul. Tinggi dan rendah dapat berlaku pada suatu tempat atau pada status dan kedudukan. Sedangkan pengertian hadits Ali menurut para ahli hadis ialah; ما قل عدد رواته الى الرسول صلى الله عليه وسلم بالنسبة لسند اخر “suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan sanad lain” Sedangkan pengertian hadis Nazil menurut ahli hadis ialah; ما كثر عدد رواته الى الرسول صلى الله عليه وسلم بالنسبة لسند اخر “suatu hadis yang banyak jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW. Dibandingkan dengan sanad lain” Dari pengertian diatas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis Ali ialah hadis yang jumlah perawinya lebih sedikit, sedangkan yang dimaksud dengan hadis Nazil ialah hadis yang jumlah periwayatnya lebih banyak. Misalnya sanad suatu hadis mencapai 9 orang sementara sanad hadis lainnya hanya 7 atau 5 orang, tentu yang sanadnya hanya 7 atau 5 itu yang disebut dengan hadis Ali dan hadis yang sanadanya mencapai 9 orang yang disebut dengan hadis Nazil. 2. Macam-Macam Hadis Ali Hadis Ali dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut a. Ali mutlak, yaitu hadis yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan Rasulullah karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada hadis yang sama. Ali mutlak ini yang paling tinggi diantara macam-macam Ali apabila memiliki sanad yang shahih. b. Ali Nisbi, yaitu hadis yang dekat atau sedikit jumlah perawinya dalam sanad dengan sesuatu tertentu 1 Dekat dengna salah seorang Imam Hadis. 2 Dekat dengan salah seorang pengarang kitab induk hadis yang dapat dipedomani. Dalam hal ini ada beberapa macam a Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad Syaikh guru salah seorang penghimpun hadis kedalam kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui sanad penghimpun tersebut. b Badal, yaitu jika melalui sanad Syaikhnya Syaikh gurunya guru salah seorang penghimpun kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui sanad penghimpun tersebut. c Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad salah seorang penghimpun hadis ke dalam buku hadis. d Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang perawi sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpun kitab hadis. Dinamakan mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi sebuah hadis dengan murid salah seorang penghimpun hadis tersebut berjabat tangan. 3 Ali karena sebagian perawi meninggal terlebih dahulu. Terkadang didapatkan dua isnad yang sama jumlah para perawi dalam sanad, tetapi salah satu sanad terdapat sebagian perawi yang meninggal terlebih dahulu maka ia di hukumi Ali. 4 Ali karena lebih dahulu mendengar. Misalnya dua orang perawi sama-sama mendengar suuatu hadis dari seorang Syaikh. Tetapi salah satunya telah mendengar sejak 60 tahun yang lalu sementara perawi yang satu lagi telah mendengar sejak 40 tahun yang lalu, jumlah perawi dalam sanad sama. Sanad pertama Ali karena lebih dahulu mendengar. 3. Macam-Macam Nazil Hadis Nazil dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut a. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada Nabi. b. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada salah seorang Imam Hadis c. Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada satu kitab hadis yang teranggap d. Sanad yang di dalamnya ada rawi yang menerima dari seorang Syaikh yang kemudian meninggal, juga dari rawi lain yang menerima dari Syaikh itu. e. Sanad yang di dalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang Syaikh, kemudian belakangan rawi itu menerima dari rawi lain yang juga mendengar dari Syaikh itu. Mayoritas ulama menilai hadis Ali lebih utama dari pada hadis Nazil, karena ia lebih jauh dari kemungkinan-kemungkinan cacat. Tujuan ulama mutaqaddimin mengetahui Isnad Ali yang dekat dengan Rasulullah, karena sangat dimungkinkan sedikit kesalahan dibandingkan yang Nazil. 4. Contoh Hadis لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه ووالده وولده والناس أجمعين F. Riwayah Al-Kabir An Ash-Shaghir Yang dimaksud dengan Riwayah al-kabir an ash-shaghir, ialah periwayatan hadis dari seorang rawi yang lebih tua usianya atau lebih banyak ilmunya dari rawi yang lebih rendah usianya atau yang lebih sedikit ilmunya yang diperoleh dari seorang guru. KESIMPULAN Dalam suatu hadis ada tiga macam yang istilah yaitu sanad Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis, matan suatu kalimat tempat berakhirnya sanad, dan isi pokok dari hadis tersebut serta mukharrij orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang gurunya. DAFTAR PUSTAKA Rahman. Fachur. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis. Bandung Jumantoro. Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta Amzah. 2002 Majid Khon. Abdul. Ulumul Hadis. Jakarta Aksara 2009
Secaraumum kajian tentang Struktur Hadits terdiri dari matan, sanad dan mukharrij dari hadits tersebut. Sanad merupakan mata rantai dari sejumlah orang yang meriwayatkan Hadis yang terhubung secara utuh hingga sampai kepada ucapan, perbuatan dari Nabi. sedangkan Mukharrij adalah salah seorang perawi yang menuliskan atau menyebutkan suatu
PresentationPDF Available AbstractHadis memiliki 3 komponen yang terdiri dari unsur sanad sebagai jalannya perawi hadis, matan sebagai isi redaksi dari suatu hadis dan mukhorij perawi terakhir yang membukukan hadis dan menuliskan dalam kitabnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.
GSPmQY9.
  • 70s9zzz56i.pages.dev/276
  • 70s9zzz56i.pages.dev/152
  • 70s9zzz56i.pages.dev/18
  • 70s9zzz56i.pages.dev/267
  • 70s9zzz56i.pages.dev/419
  • 70s9zzz56i.pages.dev/371
  • 70s9zzz56i.pages.dev/232
  • 70s9zzz56i.pages.dev/258
  • struktur hadits sanad matan dan mukharrij